Aku mau bercerita banyak tentang yang aku alami, sejak kecil aku sudah punya kebatasan hanya saja aku diam saja sampai lah orang tua resah mengira aku ini anak yang bodoh, melihat nilai aku yang rendah dan rangking paling bawah.
Aku sudah sering dihujat dan dicela, dengan masalah aku ini, kadang aku menangis dibangku kelas sendirian ketika mereka mengerjakan soal dipapan tulis, tapi aku untungnya punya teman baik yang mau memberitahukan aku tentang soal yang ada disana, walau kadang guru salah paham mengira aku menyontek mereka.
aku tetap saja diam, sampai akhirnya dikelas 4 SD aku berani mengeluhkan itu kepada guru ku tapi belum kepada kedua orang tua aku, ya dulu aku tidak mau orang tua aku tau karna mereka akan terbeban, maklum biaya kaca mata jaman dulu sangat mahal aku tak mau orang tua ku susah payah untuk membelikan ku kacamata.
dan tidak ada perubahan tetap saja aku tidak di bawa untuk berobat walau orang tua aku mengetahuinya malah justru membiarkan aku.
aku tak dendam saat itu aku mengerti kondisi keluarga aku dahulu makanya aku menyerah dan tak mau tahu tentang pelajaran sekolah. tapi aku tetap naik kelas walau nilai aku tak pernah tinggi kecuali mata pelajaran yang tidak pakai papan tulis atau hanya didikte.
saat lulus SD aku menangis tak mau sekolah apa lagi aku harus berpisah dengan teman dekat ku akhirnya aku dibelikan kaca mata walau dengan nyicil, pedih hati aku saat itu sebenarnya tapi mau tak mau aku pilih kacamata yang tak aku sukai aku benci berkaca pada diri aku sendiri malahan aku kesal kenapa aku dilahirkan dalam kondisi seperti ini, namun itu dulu waktu aku masih remaja.
tetap saja dengan kegiatan aku, sangat berat awal awal aku jarang memakai kaca mata dan kadang aku malu memakainya didepan teman teman aku. apalagi dengan kegiatan ku yang berat menjadi seorang anggota paskibra sekolah selama SMP smpai patahnya kaca mata pertamaku.
Lulus SMP, aku ngotot meminta belikan lagi kacamata walau mama tidak mau, aku kembali bungkam namun akhirnya aku dibelikan juga dan lagi itu kacamata jadul untuk orang tua yang harus aku pakai dan lagi karna harganya mahal mama ku nyicil lagi, pedih sangat hati aku apa lagi tahu mata aku naik lagi yang awalnya 4.00 menjadi 5.00.
aku berjanji pada diri aku sendiri untuk mampu beli sendiri dan framenya sesuai dengan yang aku inginkan.
lulus SMA aku ganti kaca mata lagi karna framnya rusak dan bengkok, dan aku beli sesuai kemauan ku namun lagi lagi yang aku beli tak sampai satu bulan sudah rusak, lalu aku beli lagi sampai enam kali dengan lensa yang sama. aku benar benar jengkel saat itu kesusahan mencari frame yang cocok dan uang 400 ribu yang bagi aku mahal. lalu tahun 2015 aku ganti kacamata lagi dengan frame yg mahal ingat aku waktu itu 1.200.000 dengan uang aku sendiri, tapi tetap saja aku tidak suka tak lama framenya sudah merekah kesal sampai buat pipi aku teriris.
lalu terakhir aku periksa ternyat sudah mencapai 8.00 disitu rasanya dunia ku terhenti dan ingin menyerah saja. tapi sampai sekrang tidak sama sekali aku memakai softlens dan tergantung dengan kaca mata ini, entah sampai kapan...
Aku sudah sering dihujat dan dicela, dengan masalah aku ini, kadang aku menangis dibangku kelas sendirian ketika mereka mengerjakan soal dipapan tulis, tapi aku untungnya punya teman baik yang mau memberitahukan aku tentang soal yang ada disana, walau kadang guru salah paham mengira aku menyontek mereka.
aku tetap saja diam, sampai akhirnya dikelas 4 SD aku berani mengeluhkan itu kepada guru ku tapi belum kepada kedua orang tua aku, ya dulu aku tidak mau orang tua aku tau karna mereka akan terbeban, maklum biaya kaca mata jaman dulu sangat mahal aku tak mau orang tua ku susah payah untuk membelikan ku kacamata.
dan tidak ada perubahan tetap saja aku tidak di bawa untuk berobat walau orang tua aku mengetahuinya malah justru membiarkan aku.
aku tak dendam saat itu aku mengerti kondisi keluarga aku dahulu makanya aku menyerah dan tak mau tahu tentang pelajaran sekolah. tapi aku tetap naik kelas walau nilai aku tak pernah tinggi kecuali mata pelajaran yang tidak pakai papan tulis atau hanya didikte.
saat lulus SD aku menangis tak mau sekolah apa lagi aku harus berpisah dengan teman dekat ku akhirnya aku dibelikan kaca mata walau dengan nyicil, pedih hati aku saat itu sebenarnya tapi mau tak mau aku pilih kacamata yang tak aku sukai aku benci berkaca pada diri aku sendiri malahan aku kesal kenapa aku dilahirkan dalam kondisi seperti ini, namun itu dulu waktu aku masih remaja.
tetap saja dengan kegiatan aku, sangat berat awal awal aku jarang memakai kaca mata dan kadang aku malu memakainya didepan teman teman aku. apalagi dengan kegiatan ku yang berat menjadi seorang anggota paskibra sekolah selama SMP smpai patahnya kaca mata pertamaku.
Lulus SMP, aku ngotot meminta belikan lagi kacamata walau mama tidak mau, aku kembali bungkam namun akhirnya aku dibelikan juga dan lagi itu kacamata jadul untuk orang tua yang harus aku pakai dan lagi karna harganya mahal mama ku nyicil lagi, pedih sangat hati aku apa lagi tahu mata aku naik lagi yang awalnya 4.00 menjadi 5.00.
aku berjanji pada diri aku sendiri untuk mampu beli sendiri dan framenya sesuai dengan yang aku inginkan.
lulus SMA aku ganti kaca mata lagi karna framnya rusak dan bengkok, dan aku beli sesuai kemauan ku namun lagi lagi yang aku beli tak sampai satu bulan sudah rusak, lalu aku beli lagi sampai enam kali dengan lensa yang sama. aku benar benar jengkel saat itu kesusahan mencari frame yang cocok dan uang 400 ribu yang bagi aku mahal. lalu tahun 2015 aku ganti kacamata lagi dengan frame yg mahal ingat aku waktu itu 1.200.000 dengan uang aku sendiri, tapi tetap saja aku tidak suka tak lama framenya sudah merekah kesal sampai buat pipi aku teriris.
lalu terakhir aku periksa ternyat sudah mencapai 8.00 disitu rasanya dunia ku terhenti dan ingin menyerah saja. tapi sampai sekrang tidak sama sekali aku memakai softlens dan tergantung dengan kaca mata ini, entah sampai kapan...
Komentar
Posting Komentar